Dalam sejarah doa rosario, sampai lama sekali doa ''Salam Maria'' diucapkan sebagian saja, yaitu sampai dengan kata "... buah tubuhmu Yesus ". Sekarang pun orang boleh berbuat demikian. Secara tradisional ditetapkan bahwa selama satu peristiwa rosario, doa ''Salam Maria'' harus diucapkan sebanyak 10 kali, dan bahwa doa itu lengkap bila jumlah peristiwanya lima dan ''Salam Maria'' diucapkan 50 kali. Namun tidak ada larangan untuk merenungkan satu peristiwa saja. Malah boleh dipastikan, bahwa lebih baik merenungkan satu peristiwa rosario dengan sebaik-baiknya, daripada menyelesaikan pendarasan doa ''Salam Maria'' sebanyak 50 kali tetapi dengan rasa jemu dan pikiran kosong.
Secara khusus devosi tersebut dilestarikan di biara-biara. Pada abad X dan XI, dalam buku-buku doa para biarawan sering disebut doa ''Salam Maria''. Mulai abad XI muncullah kebiasaan untuk memberikan salam kepada Bunda Maria, bila seseorang melewati lukisan atau patung Bunda Maria. Pada saat-saat demikian dinyanyikan atau diucapkan kata-kata ''Ave Maria'' atau ''Salam Maria''.
Perlu diketahui bahwa pada saat itu belum dikenal doa ''Salam Maria'' dengan rumusan seperti sekarang. Yang dikenal hanyalah bagian pertamanya saja, yaitu sampai dengan kata-kata "... buah tubuhmu ". Sehabis kata-kata ini biasanya orang berlutut untuk menghormati Yesus, ''buah tubuh'' Maria itu. Jumlah ''Salam Maria'' yang sempat didaraskan dihitung pada tali Paternoster (seuntai tali yang berikat-ikat atau bermanik-manik, yang mula-mula dipakai untuk menghitung doa Bapa Kami).
Rangkaian doa ''Salam Maria'' yang diucapkan 150 kali diberi nama Kitab Mazmur Maria . Lama kelamaan 150 Salam Maria itu dibagi menjadi 3 bagian, yaitu masing-masing berjumlah 50 saja. Rangkaian Salam Maria yang berjumlah 50 tersebut diberi nama '' Korona '', yang berarti ''Mahkota''. Kata ini mengingatkan orang akan hiasan-hiasan bunga yang pada masa itu sering dipakai pada patung-patung Maria. Hiasan itu mirip mahkota, atau topi.
Bagian kedua doa ''Salam Maria'', yang berisi " Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin ", menjadi doa resmi sejak Paus Pius V (tahun 1568) menerbitkan ensiklik ''Breviarium''. Namun demikian bagian kedua itu baru diterima umum pada abad XVII.
Kebiasaan untuk menghubung-hubungkan doa ''Salam Maria'' yang diulang-ulang itu dengan berbagai peristiwa tentang Yesus, sudah ada sejak abad XIV. Dan ada pula kebiasaan untuk menambahkan kata-kata pelengkap, seperti misalnya, "Yang didera dengan kejam," atau "Yang dimahkotai duri," setelah kata "...buah tubuhmu" dan diikuti nama Yesus, dan sejumlah kalimat lain yang sejenis, dan dikutip dari Kitab Suci.
Pada abad XV ada seorang biarawan, yaitu Dominikus dari Prusia, yang adalah seorang novis, dan sesuai dengan anjuran pemimpin biaranya ia berusaha menggabungkan dua praktek doa dan renungan, yaitu doa Salam maria, yang 50 kali, dan renungan mengenai kehidupan Yesus dan ibu-Nya. Pada tahun 1410 ia menyusun 50 seruan penutup doa Salam Maria, yang dapat langsung dihubungkan dengan nama Yesus, yang pada saat itu menjadi kata penutup doa.
Seruan-seruan rima dengan antusias sekali, dan segera menjadi populer baik dalam bahasa Latin maupun dalam bahasa Jerman. Seruan-seruan tambahan itu biasanya dibacakan oleh orang-orang yang pandai membaca (pada saat itu tidak semua orang bisa membaca).
Mulai tahun 1475, di Gereja mulai bermunculan serikat-serikat yang mempopulerkan doa rosario. Dengan munculnya seni cetak, daftar 15 peristiwa yang ditetapkan sebagai landasan doa rosario mulai dikenal secara luas.
Daftar tetap dari 15 peristiwa rosario itu kiranya disusun di Spanyol, ditetapkan di negeri itu sejak tahun 1488. Daftar itulah yang disahkan oleh Paus Pius V, seorang biarawan Dominikan, ketika beliau menetapkan rosario sebagai doa yang sah (tahun 1569). Setahun sebelumnya Paus Pius V mensahkan teks doa Salam Maria, yang sampai sekarang tidak diubah.
Bahan diambil dari majalah Fetes et Saisons.
No comments:
Post a Comment